BAB I
PENDAHULUAN
Orientalisme adalah suatu gerakan yang timbul di zaman modern, pada bentuk lahirnya bersifat ilmiyah, yang meneliti dan memperdalam masalah ketimuran. Tetapi di balik penelitian masalah ketimuran itu mereka berusaha memalingkan masyarakat Timur
dari Kebudayaan Timurnya, berpindah mengikuti keinginan aliran Kebudayaan Barat yang sesat dan menyesatkan. Orientalis, adalah kumpulan Sarjana-sarjana Barat, Yahudi, Kristen, Atheis dan lain-lain, yang mendalami bahasa-bahasa Timur (bahasa Arab, Persi, Ibrani, Suryani dan lain-lain), terutama mempelajari bahasa Arab secara mendalam. Studi ini mereka gunakan untuk memasukkan ide-ide dan fahamfaham yang bathil ke dalam ajaran Islam, agar aqidah, ajaran dan Da’wah Islam merosot, berkurang pengaruhnya terhadap masyarakat, tak berbekas dalam kehidupan, tidak mampu mengangkat derajat kemanusiaan, tidak berperan lagi untuk melepaskan manusia dari perhambaan pada makhluk, dan tujuan Islam tak kunjung tercapai dalam mengeluarkan manusia dari kegelapan-kegelapan (Zhulumaat: kufur, syirik, fasik, lemah, bodoh, tertindas, miskin, dijajah, dianiaya, dan dalam keadaan terbelakang dalam segala bidang) menuju An Nur (kebalikan dari Zhulumaat, yaitu bertauhid, iman, kuat, O pintar, cerdas, adil, aman, makmur, maju dan lain.
BAB II
PEMBAHASAN
AKIBAT YANG TIMBUL SERTA ANTISIPASI MASUK DAN BERKEMBANGNYA ALIRAN ORIENTALISME
A. AKIBAT YANG TIMBUL ALIRAN ORIENTALISME
Salahlah orang yang berpendapat bahwa Orientalisme merupakan gerakan ilmiyah yang tujuannya hanya memperdalam masalah ketimuran saja (kepercayaan, adat dan peradabannya). Sebenamya Orientalisme hakekat dan kenyataannya adalah alat Penjajah; tujuan Orientalisme ini ialah: memakai dan mempergunakan penelitian masalah ketimuran sebagai langkah untuk menyerang/memerangi Islam, menimbulkan rasa keragu-raguan terhadap sumbersumber Islam agar ummat Islam berpaling dari agamanya, agar ummat Islam jangan sampai pada kemuliaan dan kekuatannya, tetapi hanya selalu mengekor kepada Barat, dan selalu taqlid, masa bodoh dan apatis, melihat segala macam jenis kejahatan dan kemerosotan di negeri mereka. Orientalisme ini hakekatnya adalah lanjutan dari perang Salib melawan Islam, sebab sebenarnya perang Salib ini belum berhenti, tetapi hanya mengambil bentuk dan warna yang
berbeda, di antaranya Orientalis.
berbeda, di antaranya Orientalis.
Orientalis muncul dengan kedok sebagai para ahli untuk mengadakan riset dan survey tentang sesuatu bidang ilmu pengetahuan dengan maksud tertentu untuk memasukkan berbaga macam fitnah, menebarkan isue-isue; melampiaskan
segala isi hatinya dan kedengkiannya terhadap Islam, dan menulisi Islam dengan pena yang beracun. Para Orientalis terang-terangan menolak sistim ilmu Islam yang asli. Ini berakibat menyimpangnya ummat dari hakekat kebenaran, dan meninggalkan hukum Islam. Orientalis tidak mungkin membiarkan Islam terlaksana di tengah-tengah masyarakat. Para Orientalis adalah antek-antek penjajah Barat terhadap Negeri-negeri Timur dan Negeri Islam, karena gerakan
Orientalis ini adalah lanjutan dari Perang Salib dalam bentuk yang lain. Gerakan Orientalis berkembang pesat dan sudah sampai berlanjut selama dua abad, perubahan yang bergerak sebagai salah satu bentuk penjajahan.
segala isi hatinya dan kedengkiannya terhadap Islam, dan menulisi Islam dengan pena yang beracun. Para Orientalis terang-terangan menolak sistim ilmu Islam yang asli. Ini berakibat menyimpangnya ummat dari hakekat kebenaran, dan meninggalkan hukum Islam. Orientalis tidak mungkin membiarkan Islam terlaksana di tengah-tengah masyarakat. Para Orientalis adalah antek-antek penjajah Barat terhadap Negeri-negeri Timur dan Negeri Islam, karena gerakan
Orientalis ini adalah lanjutan dari Perang Salib dalam bentuk yang lain. Gerakan Orientalis berkembang pesat dan sudah sampai berlanjut selama dua abad, perubahan yang bergerak sebagai salah satu bentuk penjajahan.
Asal kata Orientalisme bahasa Arabnya al istisyraaq, mashdar fiil: Istasyraqa. Artinya, mengarah ke Timur dan memakai pakaian masyarakatnya. Para Orientalis (al Mustasyriqun) mendalami bahasa-bahasa Timur sebagai langkah untuk mengarah ke sana. Masingmasingnya mempelajari satu bahasa atau bermacam-macam bahasa Timur, seperti bahasa Arab, bahasa Parsi, bahasa Ibrani, bahasa Urdu, Suryani, Indonesia, Melayu, Cina dan lain-lain. Sesudah itu mereka mempelajari bermacam-macam ilmu pengetahuan, kesenian, adab/sastra, kepercayaan masyarakat yang mempunyai bahasa tersebut di atas dan
lain-lainnya. Bahasa Arablah yang menjadi sasaran utama dari tujuan para Orientalis ini. Memang para Orientalis sudah banyak yang mempelajari bahasa Arab, dan menjadi spesialis dalam ilmu bahasa, seperti ahli Nahwu, ahli Sharaf, ahli Sastra (Adab) dan ahli Balaghah. Kemudian mereka mulai menjurus pada ilmu-ilmu Islamiyah, seperti: Aqidah, Syari’ah dan lain-lain, dan seterusnya menambah Aqidah dan Syari’ah yang murni itu dengan kebatilan-kebatilan untuk mengaburkan hakekat Islam dan memalingkan ummat dari agamanya yang
menunjukinya ke jalan kemajuan dan kemuliaan. Tujuan tersebut telah terlaksana dan mempengaruhi kebudayaan negeri-negeri Islam.
lain-lainnya. Bahasa Arablah yang menjadi sasaran utama dari tujuan para Orientalis ini. Memang para Orientalis sudah banyak yang mempelajari bahasa Arab, dan menjadi spesialis dalam ilmu bahasa, seperti ahli Nahwu, ahli Sharaf, ahli Sastra (Adab) dan ahli Balaghah. Kemudian mereka mulai menjurus pada ilmu-ilmu Islamiyah, seperti: Aqidah, Syari’ah dan lain-lain, dan seterusnya menambah Aqidah dan Syari’ah yang murni itu dengan kebatilan-kebatilan untuk mengaburkan hakekat Islam dan memalingkan ummat dari agamanya yang
menunjukinya ke jalan kemajuan dan kemuliaan. Tujuan tersebut telah terlaksana dan mempengaruhi kebudayaan negeri-negeri Islam.
Bukti yang paling jelas mengenai hubungan Orientalisme dengan penjajahan yaitu bahwa pasaran Orientalisme sangat pesat di Eropa, Amerika dan negara-negara yang ada kepentingannya dengan negara Timur umumnya dan negaranegara Islam pada khususnya. Kesempatan yang lebih luas lagi bagi Orientalisme di negara-negara jajahan digunakan untuk mengendalikan peperangan di negara-negara Timur dalam segala bentuknya, yang dikenal di zaman modern, baik perang bersenjata (militer) maupun perang ekonomi, politik atau kebudayaan atau perang fikiran. Bahkan hamper tidak terdapat kedutaan-kedutaan Negara-negara Penjajah di negeri-negeri Timur dan negara-negara Islam yang tidak ada di dalamnya. Orientalis yang menduduki posisi/jabatanjabatan
strategis pada kedutaan itu, baik diplomat atau pegawai biasa.
strategis pada kedutaan itu, baik diplomat atau pegawai biasa.
Sesungguhnya ikatan Orientalisme dengan penjajah dan antek-anteknya menjadikan Orientalisme selalu meningkatkan usahanya dalam menyesatkan Islam dan menggerogoti Da’wah Islamiyah. Mereka menggunakan semua alat, dalam penyesatan tersebut, sebab agama yang maha suci inilah satu-satunya penghalang yang tangguh dalam menghadapi penjajahan dan perhambaan kepada selain Allah. Para Orientalis mengetahui betul dalam penelitiannya terhadap Islam bahwa aqidah Islam menanamkan dasardasar yang kokoh sesuai dengan fitrah kemanusiaan, umum dan logis, sesuai dengan akal yang lempang, serta teksnya (nash-nash) yang tegas, di mana tidak memungkinkan bagi akal (otak) para ahli fikir dan filsuf untuk membatalkan pokok yang satu ini dari sumbernya, apabila mereka sudah terbiasa dengan manhaj ilmu yang benar. Justru karena itu sejak dahulu, sejak timbulnya,
Orientalisme selalu menanamkan bibit-bibit penyelewengan terhadap Da’wah Islam dengan memasukkan kebatilan-kebatilan, dengan kedok penelitian dan pembahasan ilmiyah yang berselubung. Dengan demikian nyatalah bahwa Orientalisme merupakah pelindung musuh-musuh Islam, Penjajah, Atheis, Zionis dan lain-lain. Di balik nama Orientalisme ini bernaung apa yang dikatakan penganut faham Komunis yang berbahaya dan merusak itu, dan para penyokong aliran-aliran atheisme di zaman modern. Mereka menghimpun segala kemarahan dan kebencian terhadap Islam; lantaran Islam itu berasaskan Tauhid dan merupakan Risalah Ilahiyah yang bertitik tolak dan memusatkan segala-galanya kepada Allah. Semua Rasul Allah selalu memulai Da’wahnya terhadap kaum/ummatnya dengan perkataan: Sembahlah olehmu Tuhan-mu; tak ada
Tuhan selain Dia. Agama adalah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia, yang hakekat fitrah manusia pun sesuai dengan agama itu, dan Tauhid yang sangat sesuai dengan jiwa manusia; hanya Iblis dan Syaithanlah yang memalingkan dan mempengaruhi manusia kepada penyembahan thaghut, patung, batu, syaithan, api, kuasa manusia, dan lain-lain. Aqidah Islam adalah aqidah yang jelas dan tegas, jauh dari keraguan dan sangkaan serta khayalan (imaginasi).
Tuhan selain Dia. Agama adalah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia, yang hakekat fitrah manusia pun sesuai dengan agama itu, dan Tauhid yang sangat sesuai dengan jiwa manusia; hanya Iblis dan Syaithanlah yang memalingkan dan mempengaruhi manusia kepada penyembahan thaghut, patung, batu, syaithan, api, kuasa manusia, dan lain-lain. Aqidah Islam adalah aqidah yang jelas dan tegas, jauh dari keraguan dan sangkaan serta khayalan (imaginasi).
Dengan aqidah yang betul, manusia mampu mengendalikan hawa nafsunya; dan aqidah inilah yang diperkokoh oleh akal supaya tetap baik dan sampai pada hakekat yang sebenamya. Dengan begitu jelaslah bahwa Orientalisme adalah alat yang dipakai oleh musuh-musuh Islam yang ingin merusak dan menggerogoti Da’wah dan ajaran Islam yang sangat sesuai dengan fitrah manusia tersebut. Para Orientalis berusaha keras memerangi Islam dengan segala cara, gaya dan dayanya dan dengan berbagai bentuk; karena tujuan mereka terang-terangan anti dan ingin
menghancurkan Islam itu sendiri. Syukur, Allah selalu melindungi ummat Islam dan menenangkan ummat Islam, betapapun benci dan lihainya orang kafir.
B. USAHA UMMAT ISLAM MENANGKIS SERANGAN ORIENTALISME
menghancurkan Islam itu sendiri. Syukur, Allah selalu melindungi ummat Islam dan menenangkan ummat Islam, betapapun benci dan lihainya orang kafir.
B. USAHA UMMAT ISLAM MENANGKIS SERANGAN ORIENTALISME
Sekalipun kaum penjajah sudah angkat kaki, tapi ajaran-ajaran dan sistemnya terus dijalankan oleh mereka yang telah keracunan oleh ajaran-ajarannya
itu dan diteruskan oleh pengikut-pengikut yang mereka tinggalkan.
itu dan diteruskan oleh pengikut-pengikut yang mereka tinggalkan.
1. Defensif
Agar Ulama-ulama, Juru Da’wah, Muballigh serta pemimpinpemimpin Islam aktif menangkis tuduhan-tuduhan, pemalsuan dan propaganda berbisa yang sengaja dilontarkan oleh Orientalis, supaya ummat Islam sadar, insaf
dan lebih aktif membahas dan mempelajari ajaran agama Islam dan mengamalkannya. Usaha ini memerlukan alat-alat dan mass media pula, memerlukan Juru Da’wah yang khusus dan berilmu tinggi, berakhlak mulia, berjiwa jihad dan beramal karena Allah, dalam ilmunya mengenai Islam, juga memahami taktik dan strategi serta tulisan dan karangan musuh-musuh Islam, dan mengerti bahasa-bahasa asing: Inggris, Perancis, Jerman, Rusia dan terutama sekali bahasa Arab. Di samping ilmu dan kesungguhannya itu perlu adanya
Ikatan (Organisasi) Juru-juru Da’wah dan Organisasi Da’wah untuk menghimpun dan.mengatur kerjasama dan mengatur taktik dan strategi Islam.
dan lebih aktif membahas dan mempelajari ajaran agama Islam dan mengamalkannya. Usaha ini memerlukan alat-alat dan mass media pula, memerlukan Juru Da’wah yang khusus dan berilmu tinggi, berakhlak mulia, berjiwa jihad dan beramal karena Allah, dalam ilmunya mengenai Islam, juga memahami taktik dan strategi serta tulisan dan karangan musuh-musuh Islam, dan mengerti bahasa-bahasa asing: Inggris, Perancis, Jerman, Rusia dan terutama sekali bahasa Arab. Di samping ilmu dan kesungguhannya itu perlu adanya
Ikatan (Organisasi) Juru-juru Da’wah dan Organisasi Da’wah untuk menghimpun dan.mengatur kerjasama dan mengatur taktik dan strategi Islam.
2. Tabligh
Agar ummat Islam aktif menyiarkan dan menyebar luaskan ajaran Islam ke seluruh negeri yang belum beragama dan ke negeri-negeri yang belum sampai padanya ajaran Islam. Ini pun memerlukan adanya juru Da’wah yang militan dan ulet, berilmu dan mengerti betul tentang Islam, cerdas, dan tergabung dalam kelompok mubaligh guna menghadapi lawan-lawan Islam dalam segala bentuk, nama dan tindakan serta serangannya seperti dijelaskan di atas. Ingatlah firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104, yang artinya: Hendaklah di antara kamu ada ummat yang menyeru kepada kebaikan, melakukan yang ma ruf dan mencegah yang munkar mereka itulah orang yang menang. Surat As-Shaf ayat 14, yang artinya: Wahai orang-orang beriman! Hendaklah kamu menjadi Pembela agama Allah, seperti yang dikatakan oleh Isa bin Maryam kepada
pengikutnya: Siapa yang akan menolongku untuk menegakkan agama Allah? Dijawab oleh pengikutnya spontan (langsung): Kami ansharullah (Pembela Agama Allah). Karena itu, wajib bagi semua ummat Islam berjuang dan aktif berda’wah menyiarkan dan membela Islam dengan semua kemampuan, harta, tenaga, ilmu dan semua yang dimiliki, baik kedudukan, jabatan, kekuasaan, ilmu dan segalanya, agar dimanfaatkan untuk mengeluarkan ummat manusia dari Zhulumat (musyrik, kafir, munafiq, fasiq, bodoh, melarat, miskin, lemah, dianiaya, pecah-belah, dan lain-lain), kepada an NUUR (bertauhid, beriman, istiqamah, beramal shaleh, pintar, makmur, kuat, adil, bersatu, dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan Syari at Islam yang meliputi Tauhid, Hukum sanksi, warisan, akhlak, jihad, dan semua mu malat, politik, ekonomi, dan lain-lain, tanpa menambah atau mengurangi.
pengikutnya: Siapa yang akan menolongku untuk menegakkan agama Allah? Dijawab oleh pengikutnya spontan (langsung): Kami ansharullah (Pembela Agama Allah). Karena itu, wajib bagi semua ummat Islam berjuang dan aktif berda’wah menyiarkan dan membela Islam dengan semua kemampuan, harta, tenaga, ilmu dan semua yang dimiliki, baik kedudukan, jabatan, kekuasaan, ilmu dan segalanya, agar dimanfaatkan untuk mengeluarkan ummat manusia dari Zhulumat (musyrik, kafir, munafiq, fasiq, bodoh, melarat, miskin, lemah, dianiaya, pecah-belah, dan lain-lain), kepada an NUUR (bertauhid, beriman, istiqamah, beramal shaleh, pintar, makmur, kuat, adil, bersatu, dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan Syari at Islam yang meliputi Tauhid, Hukum sanksi, warisan, akhlak, jihad, dan semua mu malat, politik, ekonomi, dan lain-lain, tanpa menambah atau mengurangi.
C. ANTISIPASI MENGATASI MASUK DAN BERKEMBANGNYA ALIRAN ORIENTALISME
Untuk mengantisipasi pendangkalan aqidah terhadap muslim-muslimah harus mengikuti beberapa langkah yang menjadi haluan kehidupan ummah. Di antara haluan tersebut adalah:
- Selalu membaca Al-Qur’an dan membaca maknanya. Dengan embaca Al-Qur’an dan maknanya seorang muslim akan mengetahui dasar-dasar keimanan, tauhid dan aqidah. Ia juga akan mengetahu kisah-kisah kaum nabi sebelum nabi Muhammad SAW. Dengan demikian akan jelas haluan hidup mereka akan emihak kemana, kalau memihak kepada kebenaran Islam aia akan memperoleh syurga dan kalau memihak kepada kebathilan sudah pasti akan memperoleh neraka.
- Selalu berhati-hati terhadap prilaku dan gerak langkah non muslim yang hidup bersamanya. Sering terjadi pendangkalan aqidah dikarenakan keakraba antara seorang muslim dengan non muslim seperti kasus pemurtadan tiga orang perempuan Meulaboh bulan Juli 2010 yang lalu.
- Jangan bergaul akrab dengan mereka. Karena mereka sudah diposisikan Allah SWT sebagai pihak yang bathil dan kita berada di pihak yang haq. Antara haq dengan bathil tidak akan dapat bersatu dan tidak mungkin dapat bekerjasama dalam urusan-urusan kehidupan beragama dan bernegara.
- Jangan berguru dengan mereka. Khususnya dalam bidang ilmu agama selagi masih ada negara dan universitas Islam maka semestinya kita melupakan negara dan universitas non Isla. Banyak sudah ummat Islam yang terperosok kedalam gaya dan cara pikir mereka setelah belajar di negara dan universitas non Islam.
- Jangan bangga dengan produk dan kecanggihan toknologi kafir. Walaupun Islam belum memiliki produk dan teknologi mutakhir seorang muslim tidak boleh bangga dengan sesuatu yang baru yang diperoleh non Muslim. Karena selalu ummat Islam terperosok kedalam keyakinan non muslim akibat perkara tersebut.
Untuk mengantisipasi aliran sesat (Orientalisme) ini, umat Islam perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini:
- Formatkan dri sebagai seorang muslim yang sepenuhnya berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Dalam kehidupan ini hanya Al-Qur’an dan Al-Sunnah saja yang menjadi rujukan, tidak boleh sedikitpun ragu terhadap keduanya.
- Jangan mudah bergabung dan terpengaruh dengan kelompok-kelompok tertentu yang memakai Islam dan kajian Islam sebagai media. Pelajari dahulu siapa mereka dan bagaimana latarbelakangnya.
- jauhi diri dengan kelompok yang berpaham liberal, sekuler, plural, nasional dan seumpamanya. Biasanya berawal dari kerancuan pemikiran mereka ummat Islam terseret kedalam kelompok aliran sesat dengan mengatasnamakan Islam.
- Jangan menyalahkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Karena kedua pedoman hidup tersebut suda mu’tamat kebenarannya, karena itu jangan pernah ada ummat Islam yang menyalahkannya sebagaimana yang dilakukan oleh golongan liberalis.
- Jangan bergabung dengan non muslim dengan menyisihkan muslim karena sesama muslim adalah bersaudara dan dengan afir adalah musuh yang nyata.
BAB III
KESIMPULAN
Orientalis bagi sebagian kalangan sering kali dianggap sebagai “momok” yang harus diwaspadai dan disingkirkan jauh-jauh, tetapi bagi sebagian yang lain tidaklah demikian. Hal ini tidak terlepas dari kebenarannnya yang memang problematis. Satu sisi, orientalis sangat merugikan karena kajian dan analisis yang dilakukannya seringkali dimaksudkan untuk untuk mendiskreditkan dan menghegemoni dunia Islam.
Tetapi di sisi lain, tidak jarang mereka melakukan analisis dan dengan begitu obyektif, sehingga-diakui ataupuntidak-mereka telah memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi peradaban Timur pada umumnya dan dunia Islam pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badawi, Abdurrahman. 2003. Ensiklopedi Tokoh Orientalis. Yogyakarta: LKis.
Buchari, Mannan. 2006. Menyingkap Tabir Orientalisme. Jakarta: Amzah.
Jamilah, Maryam. 1997. Islam dan Orientalisme:Sebuah Kajian Analitik. Jakatrta: PT Raja Grafindo Persada.
Muslih, Mohammad, Religious Studies; Problem Hubungan Islam dan Barat (kajian atas pemikiran Karel A.Steenbrink), Belukar Budaya, Cet I, 2001.
Steenbrink, A Karel., Pesantren, Madrasah, sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, Jakarta: LP3ES, 1986
0 komentar:
Posting Komentar