PENDAHULUAN
• A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.
Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang demokratis didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (KBK 2004 dan Standar Isi 2006) ditegaskan bahwa :
• I. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan :
Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
• II. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
Standar isi Pendidikan Kewarganegaraan SMA/SMK/MA :
• 1. Memahami hakekat Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia
• 2. Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hokum, peradilan nasional, dan tindakan anti korupsi
• 3. Meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun luar negeri
• 4. Menganalisis peran dan hak warganegara dan system pemerintahan Negara Kesatuan Repbulik Indonesia
• 5. Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi, kedaulatan Negara, keterbukaan dan keadilan di Indonesia
• 6. Mengevaluasi hubungan Internasional dan sistem hokum internasional
• 7. Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan pancasila dan UUD 1945
• 8. Mengaalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan Internasional, regional dan kerjasama Global lainnya
• 9. Menganalisis sistem hokum internasional, timbulnya konflik internasional, dan mahkamah internasional.
Dari Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut diatas, penulis memilih butir ketiga yaitu meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri, sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas ini.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberika pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.
Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih model “pembelajaran berbasis masalah (PROBLEM BASED LEARNING) dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
Menurut E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. [1] Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn
• B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
• 1. Apakah Pembelajaran Model Problen Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam masalah PKn?
• 2. Bagaimana penerapan pembelaran model Problem Based Learning di kelas dalam mata pelajaran PKn?
• 3. Sejauh manakah pendekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
• C. PEMECAHAN MASALAH
PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan “How to Develop Better Civics Behaviours” membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan IPS yakni citizenship transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya.
Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya [2].
Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :
• 1. Kemampuan menguasai bahan ajar
• 2. Kemampuan dalam mengelola kelas
• 3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
• 4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil
Selanjutnya UNESCO dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar dalam pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning) :
• 1. Learning to Know ( penguasaan ways of knowing or mode of inquire)
• 2. Learning to do ( controlling, monitoring, maintening, designing, organizing)
• 3. Learning to live together
• 4. Learning to be [3]
Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas, pendekatan model Problem Based Learning apabila diterapkan di kelas akan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.
• D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn khususnya kelas X Ak pada SMKN 3 Jakarta, sehingga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.
• E. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
• 1. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran PKn di Sekolah Menengah Kejuruan.
• 2. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pedidikan kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan.
• 3. Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
• 4. Menciptakan rasa senang belajar Pendidikan Kewarganegaraan selama pelajaran berlangsung dengan adanya “The Involvement of Participaton melalui Problem Based Learning.”
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
•A. KAJIAN TEORI
• 1. Hakekat Pembelajaran PKn
• a. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan ( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, megarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan[4]
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :
• 1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
• 2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik
• 3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
• 4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
• 5.
• b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building” :
Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara.
Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience).
Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
• B. KERANGKA BERPIKIR
• 1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui model Problem Based Learning
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.
Dari uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).
• 2. Pendekatan dan penerapan model Problem Based Learning dalam mata pelajaran PKn
Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, diaman siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bkan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas)
• C. HIPOTESIS TINDAKAN
Dengan demikian dapat diduga bahwa:
• 1. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas X Ak SMKN 3 Jakarta
• 2. Pedekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.
BAB III
Pelaksanaan Penelitian
A. Perencanan Penelitian
• 1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.
Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.
Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran PKn dengan pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan diatas.
Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.
Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
• 2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Jakarta pada siswa kelas I AK, dengan jumlah siswa 37 orang, yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 34 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung dengan pokok bahasan “Peran Serta dalam Penghormatan dan Penegakan HAM”.
• 3. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan Agustus sampai dengan pertengahan bulan Desember 2007.
• 4. Prosedur Penelitian
Siklus I
• A. Perencanaan
• Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
• Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
• Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
• Memilih bahan pelajaran yang sesuai
• Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah. (PBL).
• Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
• Menyusun lembar kerja siswa
• Mengembangkan format evaluasi
• Mengembangkan format observasi pembelajaran.
• B. Tindakan
• Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
• Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
• Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
• Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
• Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
• Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
• Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
• C. Pengamatan
• Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
• Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
• D. Refleksi
• Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
• Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
• Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
• A. Perencanaan
• Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah.
• Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
• Pengembangan program tindakan II.
• B. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
• 1. Guru melakukan appersepsi
• 2. Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
• 3. Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi.
• 4. Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
• 5. Siswa menceritakan unsure-usur Hak Asasi Manusia yang ada pada gambar.
• 6. Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
• 7. Presentasi hasil diskusi.
• 8. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
• C. Pengamatan (Observasi)
• Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
• Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
• D. Refleksi
• Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
• Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
• Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III
• Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
Siklus III (bila diperlukan).
Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang masalah Hak Asasi Manusia, khususnya :
• Hak Hidup (pasal 9 UU no 39/1999)
• Hak Wanita (pasal 45 – 51 UU no 39/1999 )
• Hak Anak (pasal 52 – 66 UU no 39/1999)
• HAka Berkeluarga dan Melanjutkan Ketuunan ( pasal 10 UU no. 39/1999)
• Hak Mengembangkan Diri (pasal 11 – 16 UU no 39/1999)
• Hak Memperoleh Keadilam (pasal 17 – 19 UU no 39/1999)
• Hak Atas Kebebasan Pribadi (pasal 20 – 27 UU no 39/1999)
• Hak Atas Rasa Aman ( pasal 28 – 35 UU no 39/1999)
• Hak Atas Kesejahteraan (pasal 36 – 42 UU no 39/1999)
• Hak Turut Serta dalam Pemerintah (pasal 43 – 44 UU no 39/1999)
Belajar PKn serasa lebih menyenagkan, meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat.
Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap PKn. Bila 70% siswa telah berhasil , permasalahan kasus-kasus bentuk-bentuk HAM dari pasal 9 uu no 39 tahun 1999 s/d pasal 66 uu no 39 tahun 1999 melalui metode Problem Based Learning, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.
Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ” Masalah HAM ” dan aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut :
Table 1. Kriteria nilai penguasaan materi / kasus HAM (Hak Hidup, Hak Wanita, Hak Anak)
No NIlai Kriteria
1 < 5,9 Kurang
2 6,0 – 7,50 Sedang
3 7,51 – 8,99 Baik
4 9,00 – 10 Baik Sekali
Table 2. Kriteria aktivitas siswa yang relevan
No NIlai Kriteria
1 < 50 Kurang
2 60 – 69 Sedang
3 70 – 89 Baik
4 90 – 100 Baik Sekali
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
• A. Hasil Penelitian
Pembelajaran PKn dikelas I SMK Negeri 3 Jakarta ini dilakukan dalam dua siklus.
Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai evalusi pada akhir siklus.
Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada table-tabel berikut ini :
Table 3. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran.
No Indikator Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1 Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat 52,75% 69,44%
2 Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran ( meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok ) 63,82% 83,35%
3 Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok 72,25% 88,32%
4 Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran 75,00% 91,66%
5 Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran ( Dalam kerja kelompok) 77,65% 86,11%
6 Partisipasi siswa dalam pembelajaran (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru). 80,55% 94,45%
Rata -Rata 70,33% 85,55%
Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus1 yaitu sebesar 12,42%.
Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada table 4.
Table 4. Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran.
No Indikator Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1 Tidak memperhatikan penjelasan guru 27,75% 13,88%
2 Mengobrol dengan teman 19,44% 8,33%
3 Mengerjakan tugas lain 16,60% 5,50%
Rata – rata 21,26% 9,25%
Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar 12,01%.
Data pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5. Data Pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar siswa .
No Aspek yang diamati Ketercapaian
Siklus I Siklus II
1 Nilai Rata-rata pemahaman HAM 7,01% 7,80%
2 Siswa yang telah tuntas 74,82% 89,96%
3 Siswa yang belum tuntas 16,52% 7,88%
Berdasarkan tabel 5 diatas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang masalah HAM mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus2 sebesar 15,14%.
• B. Pembahasan
Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang. Setiap anggota kelompok diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok melakukan pembahasan dengan mengacu kepada buku pegangan dan Undang-Undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia serta Undang Undang Dasar 1945 (yang telah diamandemen).
Hasil pengamatan guru menunjukan pada pembahasan siklus pertama dengan judul hak hidup (pro dan kontra masalah pengguguran kandungan/aborsi), terlihat para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi.
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat, rerata perolehan skor pada siklus pertama 52,75 % menjadi 69,44 %, mengalami kenaikan 16,69 %. Begitupun dalam indikator motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada siklus pertama rata-rata 63,82 % dan pada siklus kedus 83,35 % mengalami kenaikan 19,53 %. Dalam indikator interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada siklus pertama 72,25 % dan pada siklus kedua 88,32 % mengalami kenaikan sebesar 16,07 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus pertama 75 % dan pada siklus kedua 91,66 % mengalami kenaikan sebesar 16,66 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan siswa, pada siklus pertama 77,65 % sedangkan pada siklus kedua 86,11 % mengalami kenaikan sebesar 8,46 %. Dalam indikator partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihata pada siklkus pertama 80,55 %, sedangkan pada silklus kedua 94,45 % mengalam kenaikan sebesar 13,9 %.
Melalui model Problem Based Learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menunjol dalam model pembelajaran ini. Dengan model problem based learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu belajar bagaimana cara belajar ( learning how to learn). Dalam metode learning how to learn guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui metode learning how to learn siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan, setiap kasus Hak Asasi Manusia yang meliputi:
• 1. Hak untuk hidup (membahas tentang pro dan kontra pengguguran kandungan/aborsi)
• 2. Hak wanita (Hak perempuan) membahas tentang pro dan kontra perkawinan dibawah tangan ( nikah syiri)
• 3. Hak anak (membahas tentang peluang anak yang cacat untuk memperoleh pendidikan serta untuk memperoleh perlakuan bahwa setiap orang baik yang normal maupun yang cacat dilindungi oleh hukum
Dalam model Problem Based Learning melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori kedalam praktek, mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana).
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi ketercapaian pada siklus npertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
• A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV diatas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:
• 1. Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 % mengalami kenaikan sebesar 15,22 %
• 2. Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama rerata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,26 %, sedangkan pada siklus kedua sebesar 9,25 % mengalami penurunan sebesar 12,01 %
• 3. Skor rerata pemahaman siswa tentang masalah Hak Asasi Manusia, pada siklus pertama sebesar 7,01 % dan pada siklus kedua pada siklus kedua 7,80 %, tergolong baik demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus pertama 74,82 % dan pada siklus kedua menjadi 89,96 %
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat dismpulkan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta.
• B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan diatas, dapat diasarankan agar:
• 1. Pembelajaran pengetahuan IPS pada umunya dan Pendidikan Kewarganegaraan pada khususnya dapat menggunkan mdel Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif dalam proses penyampaian pembelajaran di Sekolah.
• 2. melalui pembelajaran model Problem Based Learning, gurur dapat dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa daoam setiap kelompok belajar, apakah tergolong kepada kelompok Visual, atau kelompok Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan demikian seorang guru yang profesional dapat elbih efektif dapat melakuakn kegiatan proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan0perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya
• 3. Bersyukurlah kita senantiasa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbanggalah kita menjadi seorang guru yang dilibatkan (diikut-sertakan) dalam kegiatan penelitian kegiatan kelas tahun 2007 ini. Berbuat lebih baik lagi, agar kita dapat menuntut yang lebih baik. Bekerjalah hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan besok harus lebih baik daripada hari ini. Dengan demikian, maka kita termasuk orang-orang yang sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia
Affan Gaffar, 2002, Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi, Jogjakarta, Pustaka Pelajar
Alfian, 1980, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta, LP3ES
Anonim, 1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993 tentang Kominsi Nasional Hak Asasi Manusia
, 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina Aksara
Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, Jogjakarta, FHUII Press
BP7 Pusat, 1995, UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4, Jakarta, BP7 Pusat
Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio, Bandung, PT. Genesindo
Budiardjo, Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia
Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2006, Jakarta, Depdiknas
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, 1984, Budaya Politik, Jakarta, Bina Aksara
Kaelan, MS, 2004, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit Paradigma
Lemhanas, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Jakarta, Gramedia Pustaka Umum
Magnis-Suseno, Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta, Gramedia
Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia, Jogjakarta, UII Press
Republik Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Persekolahan Indonesia, Bandung, PT. Alumni
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
• A. Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran
No. Indikator Ketercapaian
Ya Tidak
1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
2. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru)
3. Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kelompok
4. Hubungan siswa dengan guru selama pembelajaran
5. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran ( dalam kerja kelompok
6. Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru)
• B. Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran
No. Indikator Ketercapaian
Ya Tidak
1. Tidak memperhatikan penjelasan guru
2. Mengobrol dengan teman
3. Mengerjakan tugas lain
FORMAT PENILAIAN KELOMPOK
No. Nama. Keberanian Kerjasama Penguasaan Materi Ketepatan Jawaban
5 7 9 5 7 9 5 7 9 5 7 9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Nama :
Kelas :
Lampiran 2LEMBARAN KASUS 1
HAK UNTUK HIDUP
Martina seorang gadis berusia 19 tahun berpacaran dengan pria bernama Anton berusia 25 tahun. Mereka sudah berhubungan lebih kurang 1 tahun, sehingga dalam hubungan mereka yang begitu akrab mereka melakukan hubungan suami istri yang mengakibatkan Martina hamil. Pacarnya Anton tidak menghendaki kehamilan tersebut karena Anton belum punya pekerjaan tetap dan belum siap untuk menikah. Saat itu Anton menyuruh Martina menggugurkan kandungannya.
Pertanyaan untuk didiskusikan:
• 1. Apakah sikap Anton melanggar Hak Asasi Manusia
• 2. Bagaiman tindakan Martina seharusnya?
• 3. Dalam hal keadaan bagaimana seorang dokter dapat melayani pengguguran kandungan?
• 4. Kemukakan dampak negatif dari perbuatan Aborsi bagi seorang wanita!
Nilai : Paraf Guru:
Nama :
Kelas :
LEMBARAN KASUS 2HAK WANITA
Banyaknya kasus pernikahan dibawah tangan karena rendahnya sanksi hukum di Jakarta, ternyata banyak para suami yuang memiliki istri lebuih dari satu dengan cara dnikah di bawah tangan. Menurut ketua Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta, Ismail, maraknya perkawinan dibawah tangan karena dalam undang undang perkawinan tersebut tidak ada sanksi hukum yang cukup berat. Menurut Ismail, secara keagamaan, pernikahan yang dilakukan di bawah tangan itu tetap syah. Hanya saja secara hukum normatif, kegiatan perkawinan itu tidak tercatat. Dampaknya istri maupun anak-anak dari hasil perkawinan dibawah tangan itu tidak memiliki hak kepedataan misalnya, hak waris atau hak memperoleh nafkah. (Sumber: Republika 28 Mei 2004)
Pertanyaan:
• 1. Bagaimana pendapat anda menganai praktek pernikahan di bawah tangan?
• 2. jika anda seorang perepuan, apakah anda setuju dengan praktek pernikahan di bawah tangan?
• 3. Bagaimana perlindungan Hak-hak istri serta anak dari hasil pernikahan di bawah tangan?
• 4. Pendapat apa yang dapat anda berikan untuk melindungi istri dan anak-anak dari hasil pernikahan di bawah tangan?
Nilai : Paraf Guru:
Lampiran 3
DATA HASIL PENELITIAN
Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran
No. Indikator Jumlah Siswa Prosentase
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat 19 28 52,77 69,44
2. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru) 23 30 63,88 83,33
3. Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kelompok 26 32 72,22 88,32
4. Hubungan siswa dengan guru selama pembelajaran 27 33 75,00 91,66
5. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok) 28 32 77,65 86,11
6. Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru) 29 34 80,55 94,55
Rerata 25,33 31,00 70,34 85,55
Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran
No. Indikator Jumlah Siswa Prosentase
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2
1. Tidak memperhatikan penjelasan guru 10 5 27,75 13,88
2. Mengobrol dengan teman 7 3 19,44 8,33
3. Mengerjakan tugas lain 6 2 16,60 5,50
Rerata 7,66 3,33 21,26 9,23
PEROLEHAN SKOR HASIL BELAJAR SISWA
TENTANG HAK ASASI MANUSIA
No. Nama Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2
1 Abdurrahman Saleh 8,00 8,50
2 Agung Novianto 8,00 8,25
3 Agustia Ardila 7,50 8,00
4 Allisa Septia Indriani 5,25 6,.50
5 Aprilia Rulis 8,50 8,50
6 Dessy Lestari 4,75 6,00
7 Dini Tri Rulita Sari 9,00 9,50
8 Eka Novita Sari 5,50 7,00
9 Elysa Andelany A 6,75 7,50
10 Erliawati Suci 9,75 9,75
11 Evany Rodhiyah 7,75 8,75
12 Fina Nurfitriana 6,25 7,00
13 Fitria Aprilliani 6,00 7,00
14 Fitria Nurtiani 9,75 9,75
15 Ika Ayu Puji Lestari 9,00 9,00
16 Kuni Julita Sari 6,50 7,50
17 Mentari 4,75 6,00
18 Nungki Saraswati 4,75 6,00
19 Okti Marina 8,00 8,50
20 Putri Dina Sulistiyani 8,00 9,00
21 Resti Pratiwi 8,25 8,50
22 Ris Triadi - -
23 Septiasih 9,00 9,00
24 Siti Lutfiah 7,50 8,00
25 Sri Wahyuni 4,00 6,00
26 Syadat Faillah Syaifatul 8,00 8,50
27 Syawallyyah Handayani 4,00 6,00
28 Tia Ashari 5,25 6,75
29 Tria Oktarianti 8,75 9,00
30 Ulfah Nurillah 6,00 7,50
31 Umanti 7,75 8,00
32 Wenny Wulandari 6,00 7,00
33 Wike Widowati 7,25 7,75
34 Wina Waskilah Dewi 9,00 9,00
35 Wisika 5,50 6,50
36 Wulandari 6,50 7,50
37 Yuli Yana Wulansari 6,00 7,25
Rerata 7,01 7,80
Diketahui oleh:
Kepala SMK Negeri 3 Jakarta
Drs. Dedi Dwitagama, MM, Msi.
NIP. 131765462
Jakarta, November 2007
Peneliti
Drs. Aston L. Toruan SH.
NIP. 130523414
Lampiran 4
TIPE GAYA BELAJAR ANDA
PETUNJUK PENGISIAN
• 1. Baca pernyataan/pertanyaan, pilih jawaban yang paling cocok dan paling natural pada anda!
• 2. Pertanyaan yang mungkin perlu anda perhatikan adalah, “Manakah yang paling cocok dengan diri saya saat ini?”
• 3. Anda boleh memilih dua atau bahkan semua pilihan jawaban yang tersedia dengan catatan demikianlah adanya diri anda !
• 4. Tulis jawaban anda di lembar soal yang telah disediakan
• 5. Apabila anda tidak menjawab dengan akurat maka hasil tes ini tidak akan menggambarkan diri anda yang sesungguhnya.
SELAMAT MENGERJAKAN
• 1. Jika anda bertemu dengan teman baru, apa yang biasanya anda perhatikan pertama kali?
• a. penampilan dan cara berpakaiannya
• b. cara berbicara saat mengucapkan kata-kata atau suaranya
• c. cara mereka bertingkah laku atau berperilaku
• 2. beberapa hari setelah anda bertemu dengan orang baru, apa yang biasanya paling anda ingat dari orang tersebut?
• a. wajah
• b. nama
• c. sesuatu yang anda lakukan bersamanya meski lupa nama dan wajahnya
• 3. saat anda memasuki ruangan yang baru apa yang paling anda perhatikan
• a. keadaan ruangan
• b. suara ataupun diskusi yang berlangsung di ruangan tersebut
• c. aktifitas yang sedang berjalan yang dilakukan diruangan tersebut
• 4. Jika anda mempelajari sesuatu yang baru, cara mana yang paling anda sukai?
• a. diberui bahan untuk dibaca dan ditunjukkan buku-buku, gambar, grafik, peta, bagan atau objek
• b. diberikan penjelasan melalui diskusi dan kesempatan bertanya, tetapi tidak diberikan sesuatu untuk dilihat, dibaca, ditulis atau dikerjakan
• c. diberikan kesempatan untuk mengerjakan sebuah projek, simulasi, percobaan, permainan, eksplorasi dan penemuan-penemuan yang memungkinkan anda bergerak bebas dalam belajar
• 5. Saat anda harus mengajar orang lain, manakah yang akan anda lakukan?
• a. memberikan sesuatu kepada mereka untuk dihormati seperti suatu objek, gambar atau bagan
• b. anda akan menjelaskan dengan berbicara, tetapi tidak memberikan materi visual apapun
• c. anda mendemonstrasikan dan mengajak mereka melakukan secara bersama-sama
• 6. Jenis buku apa yang paling anda suka?
• a. buku yang berisi penjelasan untuk membantu memahami situasi
• b. buku yang berisi informasi faktual, sejarah atau dialog-dialog
• c. buku saku yang berisi tips olahraga, hobi, atau cara mengembangkan bakat
• 7. Jenis aktivitas apa yang akan anda lakukan dalam waktu senggang anda?
• a. membaca buku atau majalah
• b. mendengarkan pelajaran lewat kaset atau radio
• c. berolahraga atau melakukan permainan yang membutuhkan gerakan tubuh
• 8. Berikut ini situasi mana yang anda anggap paling enak untuk membaca atau mempelajari sesuatu
• a. anda tetap bisa belajar dengan diiringi musik atau suara-suara bising disekelling anda
• b. anda tidak akan bisa belajar bila ada musik atau kebisingan di sekeliling anda
• c. anda harus merasa nyaman, tetap bisa belajar baik dengan atau tanpa musik tapi aktivitas dan kegiatan yang berlagsung di ruangan bisa mempengaruhi proses belajar anda
• 9. Saat anda berbicara dengan seseorang kemanakah arah pandangan mata anda?
• a. anda merasa harus melihat tepat diwajah orang yang anda ajak berbicara dan iapun harus melihat wajah anda
• b. anda memandangnya hanya sekilas saja dan kemudian mata anda melihat dari satu sisi ke sisi yang lain, ke kanan atau kekiri
• c. anda sering memandangnya dan melihat ke bawah atau ke arah lain, tetapi jika ada suatu gerakan maka anda akan mengalihkan pandangan ke arah gerakan tersebut
• 10. Pernyataan manakah yang paling pas menggambarkan diri anda
• a. anda senang mengamati warna, bentuk, dan desain
• b. anda tidak biasa tinggal diam dan jika sekeliling anda begitu sunyi maka anda akan bersenandung atau menghidupkan tv agar diruangan tersebut selalu ada suara
• c. Anda merasa kesulitan bila harus duduk berlama-lama dan harus banyak bergerak dan bila anda harus duduk anda akan membungkuk, bergeser-geser, atau sering menggerak-gerakkan kaki
Lampiran 5
RENCANA PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMK Negeri 3 Jakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : I (satu) SMK
Semester : 1 (satu)
Waktu : 2 X 45 menit (1 x pertemuan)
Kompetensi Dasar : Kemampuan Menganalisis Penegakan HAM dan Implikasinya
• I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menganalisis pengertian HAM, macam-macam HAM dan perkembangan Hak Asasi Manusia
• II. Materi Ajar
Penegakan Hak Asasi Manusia dan Implikasinya:
• 1. Pengertian Hak Asasi Manusia
• 2. Macam-macam Hak Asasi Manusia
• 3. Perkembangan Hak Asasi Manusia dalam piagam Hak Asasi Manusia
• III. Media/Metode Pembelajaran
• 1. Kliping tentang Hak Asasi Manusia
• 2. Kasus yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia
• 3. Lembar pengamatan/skala sikap
• 4. Kertas
• 5. Alat tulis
• IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah Pembelajaran 1 (Apersepsi):
• Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang Hak Asasi Manusia
• Menunjukkan gambar-gambar tokoh-tokoh yang berjasa dalam memperjuangkan Hak Asasi Manusia
Kegiatan Inti:
• Membagi siswa dalam kelompok belajar, masing-masing kelompok belajar terdiri dari 4 – 5 orang :
• a. siswa 1 membahas hak untuk hidup
• b. siswa 2 membahas hak wanita
• c. siswa 3 membahas hak anak
• d. siswa 4 membahas hak turut serta dalam pemerintah
• e. siswa 5 membahas hak memperoleh keadilan
• Siswa-siswa dengan nomor yang sama membentuk kelompok baru membahas hak asasi sesuai tugas pada nomornya
• Memastikan semua siswa memiliki catatan hasil diskusi tersebut, sehingga dalam waktu yang bersamaan semua siswa akan mendapat jawaban dari kelima kasus
• Salah satu siswa melaporkan hasilnya didepan kelas dan yang lainnya menyimak laporan tersebut
• Guru memberikan penguatan dan klarifikasi terhadap laporan dan jawaban siswa
Kegiatan Akhir:
Penilaian
Data kemajuan belajar siwa diperoleh dari:
• 1. Partisipasi siswa dalam kerja kelompok
• 2. Lembar kerja pengumpulan daftar kerja kelompk
• 3. Cara siswa menyampaikan usul deskriptif secara lisan
• 4. Hasil laporan siswa terhadap kasus yang dibahas
• 5. Lembar pengamatan/skala sikap
• 6. Sikap dan perilaku selama kerja kelompok
Catatan:
Dilakukan refleksi diakhir pembelajaran:
• 1. Bertanya kepada siswa apakah senang dengan kegiatan belajar yang baru saja diikuti?
• 2. Apakah melalui kegiatan belajar demikian anda lebih memahami Hak Asasi Manusia?
Mengetahui,
Kepala SMK Negeri 3 Jakarta
Drs. Dedi Dwitagama, MM, MSi.
NIP. 131765462
Jakarta, November 2007
Guru Yang Bersangkutan
Drs. Aston L. Toruan SH
NIP. 130523414
Lampiran 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONALIA PENELITIAN
• Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Aston L. Toruan SH
• Pangkat/Golongan : Pembina/IV/A
• NIP : 130523414
• Jabatan Fungsional : Guru
• Bidang Keahlian : Pendidikan Kewarganegaraan
• Tempat Kerja : SMK Negeri 3 Jakarta
• Agama : Kristen
• Umur : 56 tahun
• Alamat Rumah : Jl. Bambu Wulung Rt. 003/05
No.14 Bambu Apus Cipayung
Jakarta Timur
• Riwayat Pendidikan :
1. SMA Negeri Siborong-borong Lulus tahun 1969
2. IKIP Negeri Jakarta (S1) Lulus tahun 1978
3. Fakultas Hukum Universitas Indonesia (S1) Lulus tahun 1987
• Penelitian yang dilakukan : -
• Pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan : -
Jakarta, November 2007
Drs. Aston L. Toruan SH
Lampiran 7
FOTO-FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN
Guru Sedang Menjelaskan pengertian Hak Asasi Manusia dengan metode Problem Based Learning
Murid-murid sedang memperoleh penjelasan dari guru tentang masalah HAM dan model pembelajaran Problem Based Learning
Siswa-siswi sedang sibuk mendiskusikan materi dibawah bimbingan guru
Guru menjelaskan dan mengarahkan pemecahan masalah.
Para siswa sedang mendiskuskan materi/kasus dengan metode Problem Based Learning
Para siswa sedang mendiskuskan materi/kasus dengan metode Problem Based Learning
Kelompok diskusi sedang menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja kelompok mereka dengan bimbingan guru
Guru sedang menulis pokok-pokok masalah HAM sesuai UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (gambar atas),
Guru sedang memberikan pertanyaan kepada salah seorang siswa tentang masalah Hak Asasi Manusia (gambar bawah)
Kelompok diskusi sedang menyampaikan kesimpulan dari hasil kerja kelompok mereka dengan bimbingan guru
Para siswa melalui kelompok belajar (diskusi kelompok) mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas dibawah bimbingan dan arahan guru
________________________________________
[1] E. Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteistik dan implementasi ( Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003) Halaman 45
[2] NADIROH, Profesionalisme Guru PKn sebagai esensi dari Social Studies, dalam JURNAL DIAMIKA PENDIDIKAN ( Jurnal Pasca Sarjana UNJ) Volume 1, No.1, Sept. 2007, p. 1-2
[3] NADIROH, Loccit
[4] Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara, 1998, h. 2
0 komentar:
Posting Komentar